This translation may not reflect the changes made since 2009-09-27 in the English original.

Please see the Translations README for information on maintaining translations of this article.

Kemerdekaan atau Kekuasaan?

oleh Bradley M. Kuhn dan Richard M. Stallman

Kecintaan terhadap kemerdekaan adalah kecintaan terhadap sesama; kecintaan terhadap kekuasaan adalah kecintaan pada diri sendiri.
-- William Hazlitt

Dalam gerakan perangkat lunak bebas, kami memperjuangkan kemerdekaan pengguna atas perangkat lunak. Kami memformulasikan pandangan kami dengan melihat pada pentingnya kemerdekaan untuk menjalani kehidupan yang baik, dan memperbolehkan program-program yang berguna untuk mendorong komunitas dengan niat mulia, kerjasama dan kolaborasi. Kriteria kami untuk perangkat lunak bebas menjelaskan kemerdekaan dari program yang para pengguna butuhkan sehingga mereka bisa bekerjasama dalam sebuah komunitas.

Kami memperjuangkan kemerdekaan bagi para programer dan juga bagi para pengguna. Kebanyakan dari kami adalah programer, dan kami menginginkan kemerdekaan untuk diri kami dan juga kamu. Tapi masing-masing dari kami menggunakan perangkat lunak yang ditulis oleh orang lain, dan kami menginginkan kemerdekaan ketika menggunakan perangkat lunak tersebut, tidak hanya ketika kami menggunakan kode-kode yang kami tulis sendiri. Kami memperjuangkan kemerdekaan untuk semua pengguna, baik apakah mereka sering melakuka pemrograman, kadang-kadang, atau bahkan tidak sama sekali.

Bagaimanapun juga, sebentuk kemerdekaan yang tidak kami percayai adalah “kemerdekaan untuk memilih lisensi manapun yang kamu inginkan untuk perangkat lunak yang kamu tulis”. Kami menolaknya karena hal tersebut sebenarnya hanyalah sebuah bentuk kekuasaan, bukan sebuah kemerdekaan.

Perbedaan yang kerap terlalu dibesar-besarkan ini sangatlah penting. Kemerdekaan adalah tentang mampu membuat keputusan yang utamanya berpengaruh kepada diri kita sendiri; kekuasaan adalah tentang mampu membuat keputusan yang bisa berpengaruh pada orang lain selain diri kita. Jika kita kebingungan membedakan antara kekuasaan dan kemerdekaan, maka kita akan gagal menjunjung kemerdekaan yang sebenarnya.

Perangkat lunak proprieteary adalah sebuah praktek kekuasaan. Hukum Hak Cipta saat ini memberikan pengembang perangkat lunak kekuasaan semacam itu, agar mereka, dan hanya mereka, yang dapat memilih peraturan yang akan diberlakukan pada orang lain selain mereka –sekumpulan orang yang jumlahnya relatif kecil membuat keputusan dasar perangkat lunak untuk setiap orang, yang seringkali dengan mengesampingkan kemerdekaan yang mereka miliki. Ketika para pengguna tidak memiliki kemerdekaan yang menjadi definisi perangkat lunak bebas, mereka tidak dapat mengetahui apa yang si perangkat lunak sedang lakukan. Pengguna tidak bisa memeriksa “pintu-pintu belakang” (back doors), memonitor kemungkinan datangnya virus atau “cacing” (worms), tidak dapat mengetahui informasi pribadi macam apa saja yang dilaporkan ke luar komputer (atau menghentikan pengiriman laporan-laporan tersebut jika mereka memang toh mengetahuinya). Jika rusak, pengguna tidak dapat memperbaikinya; mereka harus menunggu si pengembang perangkat lunak untuk melakukan praktek kekuasaannya untuk memperbaikinya perangkat lunak tersebut. Jika pun ini bukan apa yang pengguna inginkan, mereka telah terjebak dengannya. Pengguna tidak dapat saling membantu untuk memperbaiki perangkat lunak tersebut.

Pengembang perangkat lunak proprietary seringkali merupakan bisnis. Kami di gerakan perangkat lunak bebas tidak menentang praktek bisnis, tapi kami telah melihat apa yang terjadi ketika bisnis perangkat lunak memiliki “kemerdekaan” untuk memberlakukan peraturan arbiter pada pengguna perangkat lunak. Microsoft adalah sebuah contoh menjijikan bagaimana mengelakkan kemerdekaan pengguna dapat menyakiti pengguna secara langsung. Tapi itu bukan satu-satunya contoh. Bahkan ketika tidak ada monopoli, perangkat lunak proprietary berbahaya bagi masyarakat. Suatu pilihan untuk memilih majikan bukanlah kemerdekaan.

Diskusi mengenai hak dan peraturan perangkat lunak seringkali berkonsentrasi pada kepentingan programmer saja. Segelintir orang menulis program secara teratur, dan lebih sedikit lagi yang merupakan pemilik bisnis perangkat lunak proprietary. Namun seluruh Negara berkembang saat ini membutuhkan dan menggunakan perangkat lunak, jadi pengembang perangkat lunak saat ini mengontrol bagaimana dunia hidup, melakukan bisnis, berkomunikasi, dan bagaimana dunia dihibur. Masalah-masalah etis dan politisnya tidak dikemukakan dengan slogan “kemerdekaan untuk memilih (hanya bagi pengembang perangkat lunak)”.

Jika “kode adalah hukum”, sebagaimana Profesor Lawrence Lessig (dari Stanford Law School) telah katakan, maka pertanyaan yang kemudian kita hadapi adalah: siapa yang harus mengontrol kode yang kamu gunakan—kamu, atau segilintir elit? Kami percaya bahwa kamu berhak mengontrol perangkat lunak yang kamu gunakan, dan memberimu kontrol semacam itu adalah tujuan dari perangkat lunak bebas.

Kami percaya kamu harus memutuskan apa yang akan kamu lakukan dengan perangkat lunak yang kamu gunakan; bagaimanapun, itu bukalah apa yang hukum saat ini katakan. Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual saat ini memosisikan kita pada posisi berkuasa atas pengguna kode yang kita tulis, terlepas dari apakah kita menyukainya atau tidak. Tanggapan etis dari situasi ini adalah untuk mengembalikan kemerdekaan pada setiap pengguna, sama seperti Pernyataan Hak Asasi Manusia seharusnya membuat kekuasaan pemerintah menjamin kemerdekaan setiap warga negara. Itulah gunanya GNU General Public License: memberikan kamu kontrol dari penggunaan perangkat lunak, sementara di lain sisi melindungi kamu dari orang lain yang ingin mengontrol keputusan-keputusan yang kamu buat.

Di saat semakin banyak pengguna yang menyadari bahwa kode sesungguhnya adalah sebuah “hukum”, dan kemudian menyadari bahwa mereka juga berhak atas sebuah kemerdekaan, mereka akan melihat pentingnya kemerdekaan yang kami perjuangkan, seiring dengan lebih banyak pengguna yang kemudian menghargai nilai praktis dari perangkat lunak yang kami kembangkan.


Esai ini telah dipublikasikan dalam buku Free Software, Free Society: The Selected Essays of Richard M. Stallman.